Saya tidak biasa menulis review film, dan sejujurnya, ini adalah review
film pertama saya yang saya tulis secara resmi dan saya posting kedalam sebuah
media yang bisa diakses seluruh orang didunia ini (dengan mengabaikan kendala
bahasa tentunya..). Terus terang saya lebih suka nyangkem or ngomong dalam
menyampaikan pendapat saya soal film (yah… seperti kebanyakan orang-orang
dinegara ini lah ya..)
Namun tampaknya saya harus membuat pengecualian. Saking terpesonanya saya
dengan film ini, saya memutuskan untuk mendokumentasikan semua pemikiran saya
sepanjang dan beberapa saat setelah film ini berakhir. Tujuannya apa? Saya
yakin Nolan mencoba menyampaiakn pesan mendalam dalam trilogi Batman-nya. Saya
menyadari betul hal itu sejak sekuel pertamanya (Dark Knight, 2008). So... sebelum pikiran saya terdistorsi dengan
hal-hal lain seperti usia saya yang sudah melewati batas persyaratan CPNS
Kemenlu, atau pendaftaran jurusan pasca sarjana yang baru ditutup sehari
setelah saya buka portal universitas terkait, mending segera saya tulis aja.
Seperti yang sudah diprediksi, The Dark Knught Rises menjawab semua harapan
saya atas trilogi Batman karya Christopher Nolan, kekhawatiran saya soal apakah
sekuel penutup ini akan menjadi antiklimaks seperti trilogi Spiderman-nya Sam
Raimi sama sekali tidak terbukti.
Clash of civilization jadi tema besar atas sekuel terakhir ini,
pertentangan kelas, sistem yang sudah terlalu mapan sekaligus usang ditambah
dengan bentuk yang lebih licik atas korupsi dan keserakahan. Selain itu, sebagai
sutradara film trilogi, rumus “re-telling what has missed on first episode”
begitu terasa dengan menampilkan beberapa cuplikasi adegan film-film
sebelumnya. Pola yang sama yang bisa kita lihat di trilogi Die Hard (minus Live
Free Or Die Hard, 2007) di Bourne Trilogi, dan di Scream Trilogi (minus Scream
4, 2011) sampe Si Pitung Trilogi. Daaann... untuk memenuhi hasrat penonton
amerika pada umumnya, Nolan berkompromi dengan selera pasar melalui peningkatan
kehancuran, korban dan perluasan karakter (ala trilogi Transformers gitu
deh...) dengan munculnya karakter baru seperti: Selina Kyle si Catwoman, John
Blake si polisi idealis, Miranda Tate, korporat cinta lingkungan (ciee...
bahasanya...) dan musuh utama Batman, Bane.
Saya tidak begitu memperhatikan adegan pembuka di film Batman pertama Nolan
(Batman Begin, 2006) tapi 2 pola yang sama saya temui di Dark Knight dan Dark
Knight Rises, yaitu cameo dengan latar belakang keartisan sebagai pemeran
pembantu senior. Maksudnya si artis ini udah lama main film, termasuk
seniorlah.. Tapi selalu jadi pemeran pembantu. DI Dark Knight, kita melihat
pejabat bank yang kakinya ditembak oleh Joker di awal film diperankan oleh
William Fichtner, aktor yang sudah lama malang melintang di berbagai film dari
Armageddon, Black Hawk Down sampai Drive Angry, tapi selaluuuuu.... jadi
sidekick pemeran utama, di Dark Knight Rises posisi yang kurang lebih sama
diperankan oleh Aidan Gillen (Blitz, Game Of Throne), petugas CIA yang
menangkap Bane dan akhirnya menjadi korban pertama Bane di awal film. Mungkin
ini semacam probation buat Nolan kepada dua orang itu kalau mau ikut manggung
di proyeknya Nolan di film berikutnya kali ya...
Kalau di Dark Knight, Joker bisa menyebarkan aroma kengerian sepanjang film
lewat aksinya yang tidak dapat ditebak, dan ending yang tragis, hal tersebut
tidak di-expose di Dark Knight Rises. Si Bane, biarpun merupakan sekilas cuma
modal badan gede doang ternyata juga seorang perencana yang jitu. Lagi... Nolan
menghubung-hubungkan hal yang hanya diungkap di permukaan di film sebelumnya
lewat tokoh si Bane ini, si Bane yang murid Ra’s Al Ghul, Si Bane yang punya
kemampuan sama dengan Batman dan secara ngga langsung Nolan pengen ngomong,
biarpun ngga se-psycho Joker, si Bane ini kuliah di tempat yang sama dengan
Batman, yaitu League of Shadow, lulus pula... ga kayak Batman yang drop out dan
menolak ikut pendadaran dengan cara memenggal kepala orang.
Selain itu, di film ini Nolan coba memasukkan adegan asli Bane vs Batman
sesuai dengan plot komiknya, yaitu saat Bane mengangkat tubuh Batman dan
langsung di smack down ala The Rock matahin punggung Triple H. Good job
Nolan, kamu masih menyisakan julukan
Bane sebagai “The Man Who Broke The Bat” di film ini..
Soal karakter Robin yang ga pernah muncul sebagai sidekick Batman, sebagai
request dari Christian Bale selaku pemeran utama film ini, ternyata ditanggapi
Nolan dengan positif, karena hanya akan merusak warna dan image film yang sudah
susah-susah dibangun dari awal. Sebagai gantinya, porsi Catwoman disini lebih
ditonjolkan sebagai sidekick Batman menggantikan Inspektur Gordon dan Harvey
Dent di dua film sebelumnya. Sebenarnya, soal Robin itu... si Nolan benar-benar
mengemas karakter Robin di akhir film sebagai teaser untuk film Batman
berikutnya. Uuuuu.... Nolan kamu kog gemesin banget si... *cubit-cubit Nolan*
Yang pasti, seperti saya katakan di awal, Christopher Nolan telah membuat
penutup yang ciamik di sekuel terakhir ini, baik dari dialog, fakta-fakta baru,
bagaimana dia bisa menghubungkan cerita fiksi dengan realita di dunia
sebenarnya, dan terakhir teaser dan happy ending yang menjadi modal dia untuk tetap
bisa jualan karya-karyanya di pasar film box office.