Entri Populer

Minggu, 22 Juli 2012

The Dark Knight Rises: Hidangan Penutup Christopher Nolan untuk Trilogi Batman


Saya tidak biasa menulis review film, dan sejujurnya, ini adalah review film pertama saya yang saya tulis secara resmi dan saya posting kedalam sebuah media yang bisa diakses seluruh orang didunia ini (dengan mengabaikan kendala bahasa tentunya..). Terus terang saya lebih suka nyangkem or ngomong dalam menyampaikan pendapat saya soal film (yah… seperti kebanyakan orang-orang dinegara ini lah ya..)
Namun tampaknya saya harus membuat pengecualian. Saking terpesonanya saya dengan film ini, saya memutuskan untuk mendokumentasikan semua pemikiran saya sepanjang dan beberapa saat setelah film ini berakhir. Tujuannya apa? Saya yakin Nolan mencoba menyampaiakn pesan mendalam dalam trilogi Batman-nya. Saya menyadari betul hal itu sejak sekuel pertamanya (Dark Knight, 2008). So...  sebelum pikiran saya terdistorsi dengan hal-hal lain seperti usia saya yang sudah melewati batas persyaratan CPNS Kemenlu, atau pendaftaran jurusan pasca sarjana yang baru ditutup sehari setelah saya buka portal universitas terkait, mending segera saya tulis aja.
Seperti yang sudah diprediksi, The Dark Knught Rises menjawab semua harapan saya atas trilogi Batman karya Christopher Nolan, kekhawatiran saya soal apakah sekuel penutup ini akan menjadi antiklimaks seperti trilogi Spiderman-nya Sam Raimi sama sekali tidak terbukti.


Clash of civilization jadi tema besar atas sekuel terakhir ini, pertentangan kelas, sistem yang sudah terlalu mapan sekaligus usang ditambah dengan bentuk yang lebih licik atas korupsi dan keserakahan. Selain itu, sebagai sutradara film trilogi, rumus “re-telling what has missed on first episode” begitu terasa dengan menampilkan beberapa cuplikasi adegan film-film sebelumnya. Pola yang sama yang bisa kita lihat di trilogi Die Hard (minus Live Free Or Die Hard, 2007) di Bourne Trilogi, dan di Scream Trilogi (minus Scream 4, 2011) sampe Si Pitung Trilogi. Daaann... untuk memenuhi hasrat penonton amerika pada umumnya, Nolan berkompromi dengan selera pasar melalui peningkatan kehancuran, korban dan perluasan karakter (ala trilogi Transformers gitu deh...) dengan munculnya karakter baru seperti: Selina Kyle si Catwoman, John Blake si polisi idealis, Miranda Tate, korporat cinta lingkungan (ciee... bahasanya...) dan musuh utama Batman, Bane.

Saya tidak begitu memperhatikan adegan pembuka di film Batman pertama Nolan (Batman Begin, 2006) tapi 2 pola yang sama saya temui di Dark Knight dan Dark Knight Rises, yaitu cameo dengan latar belakang keartisan sebagai pemeran pembantu senior. Maksudnya si artis ini udah lama main film, termasuk seniorlah.. Tapi selalu jadi pemeran pembantu. DI Dark Knight, kita melihat pejabat bank yang kakinya ditembak oleh Joker di awal film diperankan oleh William Fichtner, aktor yang sudah lama malang melintang di berbagai film dari Armageddon, Black Hawk Down sampai Drive Angry, tapi selaluuuuu.... jadi sidekick pemeran utama, di Dark Knight Rises posisi yang kurang lebih sama diperankan oleh Aidan Gillen (Blitz, Game Of Throne), petugas CIA yang menangkap Bane dan akhirnya menjadi korban pertama Bane di awal film. Mungkin ini semacam probation buat Nolan kepada dua orang itu kalau mau ikut manggung di proyeknya Nolan di film berikutnya kali ya...


Kalau di Dark Knight, Joker bisa menyebarkan aroma kengerian sepanjang film lewat aksinya yang tidak dapat ditebak, dan ending yang tragis, hal tersebut tidak di-expose di Dark Knight Rises. Si Bane, biarpun merupakan sekilas cuma modal badan gede doang ternyata juga seorang perencana yang jitu. Lagi... Nolan menghubung-hubungkan hal yang hanya diungkap di permukaan di film sebelumnya lewat tokoh si Bane ini, si Bane yang murid Ra’s Al Ghul, Si Bane yang punya kemampuan sama dengan Batman dan secara ngga langsung Nolan pengen ngomong, biarpun ngga se-psycho Joker, si Bane ini kuliah di tempat yang sama dengan Batman, yaitu League of Shadow, lulus pula... ga kayak Batman yang drop out dan menolak ikut pendadaran dengan cara memenggal kepala orang.
Selain itu, di film ini Nolan coba memasukkan adegan asli Bane vs Batman sesuai dengan plot komiknya, yaitu saat Bane mengangkat tubuh Batman dan langsung di smack down ala The Rock matahin punggung Triple H. Good job Nolan,  kamu masih menyisakan julukan Bane sebagai “The Man Who Broke The Bat” di film ini..
Soal karakter Robin yang ga pernah muncul sebagai sidekick Batman, sebagai request dari Christian Bale selaku pemeran utama film ini, ternyata ditanggapi Nolan dengan positif, karena hanya akan merusak warna dan image film yang sudah susah-susah dibangun dari awal. Sebagai gantinya, porsi Catwoman disini lebih ditonjolkan sebagai sidekick Batman menggantikan Inspektur Gordon dan Harvey Dent di dua film sebelumnya. Sebenarnya, soal Robin itu... si Nolan benar-benar mengemas karakter Robin di akhir film sebagai teaser untuk film Batman berikutnya. Uuuuu.... Nolan kamu kog gemesin banget si... *cubit-cubit Nolan*
Yang pasti, seperti saya katakan di awal, Christopher Nolan telah membuat penutup yang ciamik di sekuel terakhir ini, baik dari dialog, fakta-fakta baru, bagaimana dia bisa menghubungkan cerita fiksi dengan realita di dunia sebenarnya, dan terakhir teaser dan happy ending yang menjadi modal dia untuk tetap bisa jualan karya-karyanya di pasar film box office.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar